Caramemperoleh perbuatan baik secara terus menerus dalam agama buddha Postingan. Tokoh Buddhis dalam Kesetaraan Gender. Dapatkan link; Facebook; Aku bertekad memperbanyak perbuatan bajikku, Aku bertekad melakukan perbuatan yang berguna un Posting Komentar Baca selengkapnya Diberdayakan oleh Blogger Gambar tema oleh Michael
Oleh Deddy Sukamto & Majaputera Karniawan, Kebaikan dalam pengertian umum Kebaikan adalah suatu nilai yang ada dalam setiap enam agama besar yang diakui di Indonesia dan juga dalam ajaran agama maupun kepercayaan lainnya. Kebaikan juga adalah sebuah nilai universal yang dapat dipahami oleh semua manusia. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kebaikan berakar pada kata baikā yang berarti elok, patut, teratur; berguna; tidak jahat, sedangkan kebaikan sendiri berarti sifat baik ataupun perbuatan baik KBBI Kebaikan juga sering diasosiasikan dengan kebajikan, yang secara arti kata, kebajikan berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan keselamatan, keberuntungan, dsb; juga berarti perbuatan baik Ibid. Banyak tokoh umum yang juga mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan mengentaskan ketidakadilan serta kejahatan tanpa menjelaskan secara definitif apa itu kebaikan. Setiap agama pun memiliki nilai kebaikannya sendiri, sehingga sulit menemukan kebaikan menurut pendapat ahli, hal ini dikarenakan kebaikan adalah istilah lazim yang sudah diketahui khalayak umum. Kebaikan dalam Ajaran Buddha Melakukan kebaikan kebajikan berarti menjadi baik kepada sesama, yaitu menjadi bermanfaat bagi sesama atau murah hati Dhammavuddho, 20083 Dalam bahasa Pali, ada beberapa kata yang berarti kebaikan dan kebajikan. Seperti Kusala yang berarti Kebaikan; Punna berarti kebajikan, jasa.; sedangkan Succarita berarti perbuatan kebaikan, bisa melalui perbuatan jasmani, ucapan, maupun pikiran. The Thai Buddhist Sangha Order dalam Ping 201622 menjelaskan berbagai pokok ajaran Buddha yang berhubungan dengan kebajikan Punna No. Palivacana Arti Bahasa Indonesia Sumber 1 Punnam Corehi Duharam Kebajikan tidak dapat dirampok Sam. Sa. 15/50. 2 Punnam Sukham Jivitasankhayamhi Kebajikan memberikan kebahagiaan pada saat ajalnya tiba Khu. Dha. 25/59. 3 Sukho Punnassa uccayo Kebahagiaan berasal dari akumulasi kebajikan Khu. Dha. 25/30. 4 Punnani paralokasmim patittha honti paninam Kebajikan akan melindungi dalam kehidupan yang akan datang Sam. Sa. 15/26; San. Pancaka 22/44; Khu. Ja. Dasaka 27/294. 5 Punnani kayiratha sukhavahani Kebajikan akan membawa kebahagiaan Sam. Sa. 15/3. An. Tika. 20/198. Sumber tabel Pengolahan sendiri. Pada dasar ajarannya, Buddha mengajarkan untuk menghindari segala bentuk kejahatan, mengembangkan kebaikan, dan mensucikan pikiran dari sini sudah terlihat dengan jelas bahwa Ajaran Buddha berorientasi pada perbuatan kebajikan Succarita dan mencegah perbuatan buruk Duccarita serta membuat pikiran menyingkir dari hal-hal yang menimbulkan kekotoran yaitu keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Ketiga hal ini disebut Tiga macam nasihat Sang Buddha Buddha Ovada, Ping, 201627-29. Seseorang yang mempelajari Ajaran Buddha, pertama-tama harus mengetahui dan mampu menghindari serta mencegah semua perbuatan buruk Duccarita. Kesemuanya dari sini dikelompokan melalui 3 tiga jalur yaitu perbuatan buruk melalui jasmani Kaya duccarita, ucapan Vaci duccarita, dan pikiran Mano duccarita dalam U Jotalankara, 201355-56. Apapun jenisnya, perbuatan buruk ini disebut sebagai kualitas tidak bermanfaat atau tidak baik Akusala dhamma yang harus segera diatasi. Ada sepuluh macam duccarita yang harus dihindari Ibid, 201355-65 sebagaimana diterangkan pada tabel berikut No Perbuatan Duccarita Dikatakan terjadi jika Faktor terjadinya lengkap Melalui jalur 1 Membunuh Mahluk hidup Sadar itu Mahluk hidup Kehendak untuk membunuh Usaha untuk membunuh Kematian akibat membunuh. TINDAKAN JASMANI 2 Mencuri Kekayaan orang lain Sadar itu milik orang lain Kehendak untuk mencuri Usaha mencuri Terjadi pencurian akibat usaha. 3 Melakukan hubungan seksual yang salah Objek terlarang perempuan di bawah perwalian Hasrat seksual untuk menikmatinya Upaya untuk menikmati Memasukan alat kelamin ke dalam kelamin orang lain. 4 Berbohong Suatu hal yang tidak benar Kehendak untuk menipu Usaha untuk berbohong Berbicara kebohongan pada orang lain. UCAPAN 5 Memfitnah/ Memecah belah Hubungan yang akan dipecah Pikiran untuk memecah belah Usaha memecah belah Berbicara untuk memecah belah. 6 Ucapan kasar Ada pihak lain untuk dilecehkan Pikiran marah Melakukan pelecehan. 7 Ucapan omong kosong/gosip Adanya pembicaraan tidak masuk akal atau tidak ada untungnya Terdapat topik-topik sejenis. 8 Tamak, iri hati Properti atau materi orang lain Menunjuk dengan mengharapkan āKalau saja itu milikkuā. PIKIRAN 9 Keinginan jahat Ada mahluk lain Berpikir untuk menyakiti mahluk lain. 10 Pandangan salah Sikap menyesatkan dalam memandang objek Pemahaman berdasarkan konsep yang salah. Sumber tabel Pengolahan sendiri. Setelah mengetahui jenis-jenis perbuatan buruk yang harus dihindari, seseorang perlu berusaha semaksimal mungkin menghindarinya dan mencegahnya untuk timbul, dengan menghindari kejahatan sebagai awal kebajikan. Menghindari perbuatan jahat dan memulai melakukan perbuatan baik tidak perlu dalam hal yang besar, untuk melakukannya dibutuhkan tekad yang kuat, usaha berkesinambungan dan terus menerus. Agar seseorang dapat menjadi semakin baik, usaha ini harus sering dilatih dan dikembangkan dalam kehidupannya. Dalam rangka mengembangkan kebaikan, ada 10 hal yang dapat dikembangkan, yang dinamakan 10 dasar perbuatan baik Dasa Puna Kiriya Vatthu, Iti 230 dalam U Jotalankara, 201371-81 Memberi Dana Memberi adalah bermurah hati, perbuatan derma yang patut dipuji merupakan dasar atau landasan untuk memperoleh berbagai keuntungan atau manfaat. Bentuknya tidak selalu materi, bisa saja berupa non materi. Ada tiga jenis Dana yang paling umum A. Amisa Dana adalah pemberian dalam bentuk benda atau materi; B. Abhaya Dana adalah memberi perlindungan dari bahaya, bisa dari para penguasa yang jahat, pencuri, kebakaran, musibah, binatang buas, musuh, perang, dan lain sebagainya; C. Dhamma Dana adalah memberikan ajaran kebenaran Dhamma dengan pikiran murni, pemberian berbentuk spiritual-religi dengan tujuan mengajarkan jalan menuju akhir dari penderitaan dukkha dan mencapai nibbana. Diantara ketiga jenis ini, Sang Buddha menyatakan Dhamma Dana adalah yang terbaik Moralitas Sila Moralitas adalah aturan, sebuah tatanan aturan yang menjadi dasar tingkah laku baik secara jasmani maupun ucapan. Umat Buddha sedikitnya menjalankan 5 lima aturan sila Pancasila yaitu menghindari pembunuhan mahluk hidup, menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan, menghindari perbuatan asusila, menghindari ucapan yang tidak benar, dan menghindari minuman memabukkan hasil penyulingan atau peragian yang menyebabkan lemahnya kesadaran DN33. Sangiti Sutta. Pada hari Uposatha, umat Buddha melaksanakan 8 delapan Sila Disebut Atthasila, Atthangauposatha sila ā Saį¹ khittÅ«posatha Sutta, yaitu 5 lima sila tadi ditambah menghindari makan makanan setelah tengah hari; menghindari menari, menyanyi, bermain musik, melihat pertunjukan, memakai dan berhias dengan bebungaan, perhiasan, wewangian, kosmetik untuk tujuan menghias dan mempercantik diri; menghindari penggunaan tempat tidur yang tinggi dan besar/mewah atau melaksanakan 9 sembilan Sila Disebut Navasila, Navangauposatha sila ā Navaį¹ guposatha Sutta, yaitu 8 delapan Sila ditambah bertekad akan berdiam dalam pikiran memancarkan cinta kasih terhadap semua makhluk. Menjalankan sila selain kewajiban juga adalah suatu bentuk kebaikan yang bisa membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bhavana Samadhi, meditasi pengembangan mental Meditasi adalah pengembangan mental, sebuah perbuatan baik yang juga bermanfaat bagi melatih pikiran sendiri. Ada 2 dua hal yang harus dikembangkan dalam meditasi, yaitu Samatha ketenangan batin dan Vipassana pandangan terang. Apacayana Apaciti Rasa Hormat Secara harfiah berarti kehendak yang timbul dari dalam diri seseorang untuk menghormat kepada orang yang bijaksana atau orang yang lebih tua dengan berdiri dari tempat duduknya dan memberikan penghormatan tanpa mengharapkan pamrih apapun. Rasa hormat sebagai suatu dasar perbuatan baik yang patut dipuji, misalnya ketika pergi menemui seorang bhikkhu senior, kita membawakan mangkuk dan jubah kepadanya, memberikan penghormatan kepadanya, menunjukkan jalan, dan sebagainya. Ada 4 empat manfaat bagi seseorang yang menghormati orang yang lebih tua yaitu umur panjang, paras bagus, kebahagiaan, dan kekuatan. Veyyavacca Pelayanan Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dalam diri seseorang dalam menjalankan tugas-tugas atau kewajibannya kepada seorang yang lebih tua atau merawat mereka yang sakit dengan pikiran tulus dan murni. Pelayanan sebagai dasar perbuatan baik yang patut dipuji harus dijalankan dalam bentuk menjalankan tugas dan kewajiban baik besar maupun kecil, seperti bakti kepada orang tua, memenuhi tugas dari guru, dan sebagainya. Pattidana Pelimpahan jasa Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mendedikasikan jasa kebajikan kepada yang lainnya. Seseorang berbagi jasa kebajikan sebagai dasar perbuatan baik misalnya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan baik seperti berdana bunga atau makanan, ia mendedikasikan perbuatan baiknya dengan berharap āsemoga perbuatan baik ini dapat dinikmati oleh seseorang, atau semua makhlukā. Pattanumodana Bergembira atas kebaikan orang lain Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang yang bergembira atau bersukacita dengan jasa kebajikan yang diperbuat oleh orang lain yang telah dilakukan. Pattanumodana juga sama dengan Muditta simpati, yaitu bersimpati atau turut bahagia dengan kebaikan dan kebahagiaan makhluk lain. Hal ini dapat dilakukan misalnya ketika telah melihat perbuatan baik yang dilakukan orang lain, kita turut berbahagia dengan mengucapkan terima kasihā, bagusā, baik sekaliā, sÄdhuā, dan sebagainya. Dilakukan saat orang lain berbagi jasa kebaikan dengan kita ataupun ketika orang lain telah melakukan perbuatan baik. Dhammadesana Membabarkan Dhamma Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang yang membabarkan Dhamma ajaran kebenaran atau memberikan ceramah Dhamma tanpa mengharapkan imbalan, pamrih, ataupun penghargaan. Semata-mata agar para pendengar dapat memperoleh manfaat dari Dhamma yang kita sampaikan. Dhammasavana Mendengarkan pembabaran Dhamma Arti sesungguhnya adalah kehendak yang muncul dari dalam diri seseorang yang mendengarkan ceramah ataupun pembabaran Dhamma dari orang lain dengan pikiran murni, sebagai bentuk perbuatan baik yang akan membawa manfaat apabila dapat dipraktikkan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari, lebih baik lagi jika bisa dibagikan kembali kepada orang lain sehingga orang lain tersebut juga memperoleh manfaat, seperti Khujuttara yang mendengarkan Dhamma dari Sang Buddha dan kemudian membagikannya kembali kepada Samavati Vijjananda, 2008. Ditthujukamma Meluruskan pandangan salah Adalah meluruskan pandangan salah seseorang, atau memperbaiki pandangan-pandangannya sendiri, itulah dasar perbuatan baik yang patut dipuji. Dengan melakukan kesepuluh dasar perbuatan kebajikan sama dengan halnya memenuhi pengajaran Sang Buddha tentang āmengembangkan kebajikanā, inilah bentuk praktis dalam Ajaran Buddha yang kedua. Mengembangkan kebajikan dan Menghindari kejahatan dengan 4 empat Usaha Benar Sammapadhana Dalam rangka memperkuat praktik kita agar terus tumbuh dalam Ajaran Buddha, Sang Buddha telah mengajarkan metode 4 empat usaha benar Cattaro Sammapadhana, keempatnya memiliki 4 empat tujuan yang berbeda-beda PÄcÄ«nÄdi Sutta, yaitu Membangkitkan keinginan untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang belum muncul; Membangkitkan keinginan untuk meninggalkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang telah muncul; Membangkitkan keinginan untuk memunculkan kondisi-kondisi bermanfaat yang belum muncul; Membangkitkan keinginan untuk mempertahankan, meningkatkan, dan memperluas kondisi-kondisi bermanfaat yang telah muncul, untuk memenuhinya melalui pengembangan. Metode empat usaha benar Saį¹vara Sutta terdiri dari Usaha dengan mengendalikan Saį¹varappadhÄnaį¹, maknanya adalah mengendalikan diri untuk tidak memunculkan atau mencegah kualitas-kualitas buruk tidak bermanfaat yang belum muncul memenuhi tujuan pada poin A. Caranya dengan menjalankan pengendalian keenam indera mata, telinga, hidung, lidah, kulit badan, dan pikiran dengan tidak menggenggam atau melekat pada gambaran dan ciri-cirinya, sehingga tidak akan muncul kerinduan dan kesedihan yang dapat muncul akibat melekat pada keenam indera ataupun objek turunannya. Usaha dengan meninggalkan PahÄnappadhÄnaį¹, maknanya adalah meninggalkan kualitas-kualitas buruk tidak bermanfaat yang telah muncul memenuhi poin B. Caranya dengan tidak membiarkan pikiran buruk yang telah muncul berupa pikiran keinginan inderawi, pikiran berniat buruk, dan pikiran mencelakai. Berupaya untuk melenyapkan pikiran-pikiran buruk tersebut adalah usaha benar dengan meninggalkannya. Usaha dengan mengembangkan BhÄvanÄppadhÄnaį¹ maknanya adalah memunculkan kualitas-kualitas baik dan bermanfaat yang belum muncul memenuhi poin C. Caranya adalah dengan melatih mengembangkan 7 tujuh faktor yang disebut 7 faktor pencerahan, yaitu Perhatian, penyelidikan fenomena, semangat, kegiuran batin, ketenangan batin, Samadhi, dan keseimbangan batin. Dengan demikian, maka kualitas-kualitas bermanfaat dapat muncul dan tumbuh pada seseorang. Usaha dengan melindungi Anurakkhaį¹ÄppadhÄnaį¹ maknanya adalah mempertahankan serta berupaya mengembangkan dan meluaskan kualitas-kualitas baik dan bermanfaat yang telah muncul memenuhi poin D. Caranya adalah dengan melindungi objek konsentrasi yang baik samÄdhiĀnimittaį¹ yang telah muncul dalam meditasi, dengan demikian cara ini ditempuh dalam meditasi. Dengan melatih ke empat usaha benar ini, maka kebaikan akan semakin berkembang dan kejahatan dapat ditekan semaksimal mungkin, dan memaksimalkan agar kejahatan tidak dapat timbul dan bertahan kuat di dalam diri seseorang di kemudian hari serta kebaikan akan terus tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang. Demikianlah nilai kebaikan dalam Ajaran Buddha. *** DAFTAR PUSTAKA Dhammavuddho, Ven Hye Bhikkhu. 2008. Ajaran Buddha. Jakarta. Penerbit Dian Dharma. Vijjananda, Handaka. 2008. Bodhi ā Samawati kekuatan cinta. Jakarta. Penerbit Ehipassiko Foundation. Ping, Tjhan Shao Penyunting. 2016. Kurikulum Dhamma Tingkat Satu. Edisi 1 Hak cipta oleh The Thai Buddhist Sangha Order, The Office of the Dhamma-Studies Management and Examination, Controller Under the Royal Patronage. Bandung. Penerbit THE BOARD COMMITTEE FOR DHAMMAYUT IN INDONESIA Vihara Vipassana Graha. Suttacentral Offline Legacy Version. 2005. DÄ«gha NikÄya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Online Legacy Version. 2005. DÄ«gha NikÄya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Offline Legacy Version. 2005. Saį¹yutta NikÄya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Online Legacy Version. 2005. Saį¹yutta NikÄya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Offline Legacy Version. 2005. Aį¹ guttara NikÄya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. _________ Online Legacy Version. 2005. Aį¹ guttara NikÄya. Diakses 19 Mei 2019 pukul 1300. U Jotalankara, Sayadaw. 2013. AJARAN-AJARAN DASAR BUDDHISME. Jakarta. Penerbit Yayasan Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute. Yoga Permana, I Putu. 2014, KBBI Diakses melalui aplikasi windows phone pada 10 Oktober 2018 2006. Dalamagama Buddha, ketidaksamaan ini tidak hanya terjadi karena faktor lingkungan, alam ataupun keturunan tetapi juga karena faktor Kamma. Dengan kata lain, keanekaragaman ini terjadi karena hasil perbuatan kita pada masa lampau atau pada masa kini. Kita bertanggung jawab pada kebahagiaan dan kesedihan kita sendiri.Perbuatan Baik Dalam Praktik Oleh Yang Mulia Bhikkhu Sudhammajivo Panca Sila, sebagaimana halnya hukum negara, membantu umat Budha untuk mendisilpinkan diirnya dan mengikuti Jalan Mulia Beruas Delapan. Pancasila sebenarnya nilai-nilai maunsia yang mendasar, yang membawa manfaat besar bagi mereka yang melaksanakannya. Lima aturan itu adalah menjauhi diri dari pembunuhan, pencurian, prilaku seks yang menyimpang, berbohong dan mengkonsumsi bahan-bahan beracun. Pertama adalah aturan menahan diri dari pembunuhan. Aturan ini berkenaan degnan pembunuhan yang dilakukan secara langsung oleh diri sendiri atau dilakukan secara tidak langsung dengan menyebabkan orang lain membunuh. Lebih jauh lagi, tidak hanya itu bukan hanya menyangkut manusia, tetapi juga makhluk hidup lai. Sila ini dibangun secara kuat atas asar pengakuan kesamaan hakiki dari semua makhluk hidup dan saling timbal balik hubungan. Dalam hal ini, aturan ini tidak berbeda dari dan tentu asja, menciptakan pla bagi sila kedua, ketiga, dan keempat dn hanya sila kelima yang agak berbeda. Secara khusus, kesamaan berarti bahwa semua makhluk hidup sama dalam menginginkan hidup dan takut akan kematian. Saling timbal balik berarti sebagaimana orang tidka mau dibunuh, begitu juga semua makhluk hidup tidak mau dibunuh. Sang Buddha menganjurkan semua oang untuk membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain dan dengan demikian menahan diri dari pembunuhan. Sang Buddha mengajarkan prinsip tanpa kekerasan ahimsa dan mendorong orang untuk meninggalkan niat jahat dan kemarahan. Sila yang pertama menjga agar sikap yang tidak baik ini tidak berwujud dalam tindakan. Sebagaimana penerapan positif sila pertama adalah melindungi kehidupan atau memberi perlindungan, praktek Buddhis tradisional untuk prinsip ini adalah dengan membeli hewan-hewan yang terkurung mislanya burung, kura-kura, ikan, dan katak yang akan dibunuh dan melepaskannya. Selain itu umat Buddha kadang-kadang memperluas penerapan ila pertama ke kebiasan diet mereka. Dalam kaitan ini, mereka menjadi vegetarian dengan keyakinan bahwa dengan makan daging binatang berarti mendukung praktek pembunuhan binatang. Bila Buddhis membiasakan praktek vegetarian, mereka terutama didorong oleh penghormatan akan hidup dan bukan karena pandangan bahwa diet vegetarian itu baik untuk kesehatan atau bahwa daging pada dasarnya tidak suci. Kedua adalah aturan menahan diri dari pencurian. Orang dapat mencuru secara langsung, yaitu dilakukan oleh diri sendiri, atau menyebabkan orang lain untuk mencuri. Oleh karena itu kata-kata dan tindakan sekali lagi dapat memainkan peranana dalam pelanggaran sila ini. Umat Buddha selalu diperingati untuk menghindari keserakahan, dan keinginan untuk memiliki berlebihan. Sila kedua menjaga agar sikap ini tidak diekspresikan dalam tindakan yang akan mengakibatkan ketidakbahagiaan bagi semua orang. Lebih jauh lagi, sila kedua menganjurkan agar kira mencari nafkah dengan cara-cara yang benar. Ketiga adalah aturan menahan diri dari perilaku seksual yang menyimpang. Seperti halnya menciri, perilaku sekual yang menyimpang pada dasarnya didorong oleh hasrat yang berlebihan atau keserakahan. Sang Buddha menganjurkan orang untuk menahan kecenderungan dari perilaku seksual yang salah, Beliau menganjurkan pengobatan khusus untuk masalah ini. Beliau mengajurkan orang untk menganggap lawan jenis yang menjadi pasangan orang lain sebagai ibu/ayah, saudara/i, putra/i sesuai dengan usia mereka. Kalau hal ini gagal untu menundukkan hasrat yang berlebihan, mereka dianjurkan untuk merenungkan kekotoran tubuh. Karena melanggar sila ini, beberapa orang terlahir dengan cacat organ tubuh. AIDS dan penyakit yang ditularkan secara seksual juga teruatma disebabkan oleh pelanggaran sila ini. Tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpantang melakukan hubungan seksual yang salah. Pencegaha lebih baik daripada penyembuhan. Hubungan suami istri tidak dianggap sebagai pelanggaran seksual yang menyimpang. Hal ini diterima bagi umat Buddha awam yang menjalani hidup berumah tangga. Keempat adalah aturan menahan diri dari kebihingan. kebenaran sangat penting bgai agama Buddha yang mengajarkan bahwa seseorang dapat mencapai Penerangan Sempurna dengan mengetahui kebenaran. Pangeran Siddharta meninggalkan hidup dalam istana ayahnya untuk mencari kebenaran dan kemudian beliau dikenal sebagai āRaja Kebenaranā. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa penghargaan atas Kebenaran haruslah dijunjung tinggi dalam aturan perilaku yang baik sebagai sila keempat, yaitu menahan diri dari berkata bohong. Membunuh sering kali brekaitan denga niat jahat dan kemarahan, pencurian berkaitan dengan nafsu. Sedangkan seseorang dapat berkata bohong bisa karena niat jahat dan kemarahan karena ia ingin merusak nama baik orang lain, atau karena nafsu atau keserakahan dalam rangka memperoleh benda yang ia inginkan. Berpantang diri dari berbohong bukan hanya mencakup kebohongan biasa, tetapi juga semua jenis penipuan dan pernyataan yang melebih-lebihkan. Disini, menghasut orang lain untuk berbohong juga merupakan pelanggaran sila keempat. Bahkan lebih tajam lagi, dalam sila keempat juga tersirat menahan diri dari penipuan diri, yaitu membohongin diri sendiri. Orang yang terbiasa membohongi diri takkan mampu maju memcapai kebahagian dan penerangan. Kelima adalah aturan menahan diri dari mengkonsumsi memakan atu meminum bahan-bahan beracun. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, sila kelima adalah turan yang bebeda dari keempat sila sebelumnya, karena makanan dan minuman yang beracun bukanlah pelanggaran prinsip penghargaan atas hidup, hal memiliki harta benda, hubungan pribadi dan kebenaran yang terwujud dalam sila lainnya. Namun mengkonsumsi barang-barang beracun cenderung menciptakan keadan yang dapat melanggar sila yang lain. Selain itu, jika melenggar keempat sila pertama secara lansung melukai orang lain, melanggar sila kelima secara langsung melukai diri sendiri. Selain menjaga pelaksaan keempat sila sebelumnya denagn menjaga, pemusatan pikian, sila kelima juga melawan ketumpulan pikiran. Yang kedua, sila kelima menyiapkan pikiran untuk praktek mengembangkan mental yang mengembangkan mental yang menuju ke Kebijaksanaan. Dengan demikian sila kelimat bukan semata-mata atau bhakan mungmin erutama prinsip moral, melainkan bagian praktek yang berguna untuk maju dalam tingkat-tingkat yang lebih tinggi dalam jalan menuju penerangan. Pancasila adalah penerapan khusus dan pribadi dari aturan perbuatan baik. Kalau dilaksanakan secara menyeluruh akan menghasilakn terbentuknya masyarakat yang ideal. Bahkan kalaupun oleh pribadi dan secara sebagian. Pancasila mneyediakan dasra bagi kebahagiaan sekarang dan yang akan datang. Hal ini karena kalau panca sila dilaksanakan akan mencegah penyebaran tindakan tidak baik dari tubuh, ucapan, dan pikiran yang mengakibatkan penderitaan menurut hukum kamma. Oleh karena itu bila dengan melaksanakan sila-sila itu orang menghindari pembunuhan, pencurian, prilaku seks yang salah dan berbohong, orng menjga dirinya supaya tidak menderita drai perbuatannya seperti pedek umur, kemelekatan, atau kesengsaraan perkawinan dn seterusnya, yang merupakan akibat dari tindakan-tindakan tidak baik itu. Dengan demikian pembunuhan semut ataupun nyamuk atau musuh pada masa perang, walaupun masih merupakan unsur dari sila pertama, mungkin tidak membawa akibat kamma yang penuh karena kondisi dimana hal itu terjadi. Pelaksanaan delapan aturan Attha Sila pada tanggal satu dan lima belas pada penanggalan bulan, juga disebut sebagai Uposattha namaknya dimulai sebagai semacam pelengkap bagi umat awam atas pengulangan aturan kebiaraan bagi para bhikkhu. Pelaksanaan delapan sila bagi umat awam dapat ditelusuri kembali pada masa Sang Buddha. Dalam kotbah kepada Visakha, pengikut awam yang saleh, Sang Buddha menganjurkan pelaksanaan delapan sila pada hari-hari tertentu. Secara khusus, melaksanakan delapan sila dikatakan bseagai tiruan dari disiplin para Arahat. Delapan sila bukan hanya membuat penghargaan atas pelepasan dan merenungkan ajaran Sang Buddha, tetapi juga jasa-jasa yang berarti yang berakibat kebahagiaan di maas yang akan datang. Delapan sila mencegah makan pada waktu yang tidak layak, menari, menyanyi, musik dan tontonan yang tidak pantas; dari penggunaan untaian bunga, wewangian, dan polesan; dari benda-benda yang bertujuan mempercantik dan menghias diri. Penggunaan tempat tidur yang tingi dan besar juga dilarang untuk mencegah kemalasan dan mendorong kerendahan diri, sebagaimana secara tradisional, penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi diperuntukkan bagi orang yang berstatus tinggi dan mengakibtkan perasaan diri sebagai orang penting. Dengan hanya menahan diri dari waktu ke waktu dengan cara ini sehingga seseorang akan dapat mengatasi keresahan dan mampu mengendalikan dirinya. Latihan ini, melatihnya untuk tidak kewcewa bila ia tidak mendapatkan kesenangan inderawi. Para bhikkhu dan bhikkhuni yang telah meninggalkan kesenangan duniawi melaksanakan prinsip-prinsip ini sepanjang waktu. Sebaliknya umat Buddha awam melaksanakan delapan aturan ini sewaktu-waktu saja. Namun semua umat Buddha yang melaksanakan lima aturan setiap hari. Pelaksanaan sila membantu orang untuk menanam lima kebaikan mulia yang berkaitan dengan masing-masing sila. Yang pertama adalah mengembangkan belas kasihan; yang kedua kedermawanan dan ketidakmelekatan; yang ketiga adalah rasa puas; yang keempat kebenaran, dan yang kelima adalah perhatian penuh dan kejernihan pikiran. Setiap umat Buddha selayaknya melaksanakan kelima sila untuk dapat meningkatkan dirinya secara moral dan spiritual. Moralitas adalah langkah pertama dalam jalan menuju kebahagiaan abadi. Moralitas adalah pondasi spiritual yang mendasar. Tanpa ladasan ini, takkan ada kemajuan manusia dan kemajuan spiritual. Setelah menegakkan fondasi moral, seseorang dapat melanjutkan untuk mengembangkan pikiran dan kebijaksanaannya. Praktek ini akan menuntunya dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat-tingkat perkembangan mental yang lebih tinggi, dan akhirnya menuju puncak dari semua pencapaian yaitu penerangan. [ Dikutip dari Majalah Dhammacakka No. 12/Tahun IV/1998, diterjemahan secara bebas oleh Sukaria, ]
Dikemukakandalam Aganna Sutta kekuasaan itu menyangkut kesanggupan untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh masyarakat. Tidak ada penguasa tanpa kehendak rakyat karena itu seorang penguasa adalah abdi masyarakat. Menurut Buddha seorang pemimpin adalah memenuhi sepuluh kewajiban (Dasa Raja - Dhamma ) yaitu. Dasa Punnakiriyavatthu, Inilah 10 Cara Perbuatan Kebajikan ala Buddhis ā Inti Ajaran Buddha yang tertuang dalam Dhammapada 183 adalah āJanganlah berbuat jahat, perbanyak perbuatan baik, sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran para Buddhaā Sumber Gambar Bahtera Ilmu ā Lalu apa yang dimaksud perbuatan baik menurut Buddha Dharma. Sang Buddha menjelaskan ada 10 cara melakukan perbuatan baik yang kemudian disebut dengan Dasa Punnakiriyavatthu. Dasa Punnakiriyavatthu terdiri dari empat kata, yaitu dasa, punna, kiriya, dan vatthu. Dasa artinya sepuluh, Punna artinya jasa, baik, bajik, manfaat, berguna, Kiriya artinya melakukan, vatthu artinya dasar, hal, cara. Dasa Punnakiriyavatthu artinya sepuluh cara untuk melakukan perbuatan bajik atau baik. Bagi umat Buddha sangat dianjurkan untuk melaksanakan salah satu atau keseluruhan dari dasa punnakiriyavatthu tersebut. Sepuluh cara untuk melakukan perbuatan baik terdiri dari DANA Dana berarti beramal/memberi/membantu/menolong makhluk lain tanpa mengharapkan balasan dari mereka yang telah menerima dana kita. Dana dapat diberikan dalam bentuk materi/barang dan non materi. SILA Sila artinya hidup bersusila, perbuatan, etika, moral. Sila terdiri dari Pancasila lima latihan kemoralan. Pancasila dilaksanakan oleh umat Buddha dalam kehidupan delapan latihan kemoralan. Atthasila dilaksanakan oleh umat Buddha biasa yang berlatih menjalankan hidup sederhana. Biasanya atthasila dilaksanakan setiap tanggal 1,8,15,23 setiap bulan pada penanggalan Majjhima Sila terdiri dari sepuluh latihan kemoralan. Sila ini dilaksanakan oleh samanera atau samaneri calon bhikkhu/ni dalam kehidupan sehari-hari. Samanera hidup sebagai pertapa hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain.Patimokkhasila adalah sila yang dilaksanakan oleh para bhikkhu dan bhikkhuni dalam kehidupan sehari-hari. Bhikkhu melaksanakan sila berjumlah 227 latihan, bhikkhuni melaksanakan sila berjumlah 311 latihan. BHAVANA Bhavana/meditasi/samadhi artinya mengembangkan pikiran yang baik tertuju pada satu objek. Bhavana terdiri dari 2 macam, yaitu Samatha bhavana meditasi yang bertujuan untuk mencapai ketenangan batin. Obyek meditasi ini berjumlah 40 macam. Hasil dari meditasi ini adalah Abhinna kekuatan batin.Vipassana bhavana meditasi yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Objek meditasi ini berjumlah 2 macam yaitu Nama dan Rupa. Hasil meditasi ini adalah kesucian atau Nibbana. APACAYANA Artinya rendah hati dan hormat menghormati mereka yang lebih tua dan yang pantas diberi hormat. Dengan sikap rendah hati dan hormat kelak akan terlahir dalam keluarga luhur. Sifat sombong adalah lawan dari sifat apacayana. Merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar, lebih tinggi statusnya dari orang lain adalah sifat sombong. VEYYAVACCA Artinya berbakti serta bersemangat dalam melakukan hal-hal yang patut dilakukan. Berbakti mengakibatkan seseorang memperoleh penghargaan dari masyarakat. Sumber Gambar NALANDA FOUNDATION PATTIDANA Artinya suka membagi kebahagiaan kepada yang lain, tidak kikir dan tidak mementingkan diri sendiri. Pattidana juga berarti melaksanakan perbuatan baik atas nama keluarga kita yang telah meninggal dengan harapan semoga mereka ikut berbahagia melihat kita berbuat kebaikan. Dalam melaksanakan hal ini berakibat terlahir dalam keadaan tidak kekurangan bahkan berlebihan dalam berbagai hal. PATTANUMOTANA Artinya bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain, tidak merasa iri hati. Pattanumodana sama dengan Mudita. DHAMMASAVANA Artinya mempelajari dan sering mendengarkan dhamma khotbah/ceramah dhamma. Sering mendengarkan dhamma akan menambah kebijaksanaan. DHAMMADESANA Artinya menyebarkan atau menerangkan dhamma. Menyebarkan dan mendengarkan dhamma berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan. DITTHUJUKAMMA Artinya berpandangan hidup yang benar. Pandangan hidup yang benar lahir dari pikiran yang benar. Pikiran benar adalah pikiran yang telah terbebas dari Lobha, Dosa, Moha. Berpengertian dan berpandangan hidup yang benar berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.22. Ajaran Buddha tentang Kamma. Agama Buddha mengajarkan bahwa karma menyebabkan kelahiran kembali. Namun yang dilahirkan kembali bukanlah jiwa melainkan watak atau sifat-sifat manusia.[5] Kamma bukanlah suatu ajaran yang membuat manusia untuk lekas putus asa, bukan ajaran akan adanya nasib yang sudah ditakdirkan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dasa Punnakiriyavatthu, Inilah 10 Cara Perbuatan Kebajikan ala BuddhistPengertian Dasa Punnakiriyavatthu. Inti dari Ajaran Buddha yang tertuang dalam Dhammapada 183 adalah āJanganlah berbuat jahat, perbanyak perbuatan baik, sucikan hati dan pikiranInilah ajaran para Buddhaā Lalu apa yang dimaksud perbuatan baik menurut Sang Buddha. Sang Buddha menjelaskan ada 10 Cara melakukan perbuatan baik yang kemudian disebut dengan Dasa Punnakiriyavatthu terdiri dari empat kata, yaitu dasa, punna, kiriya dan vatthu. Dasa artinya sepuluh, Punna artinya jasa, baik, bajik, manfaat, berguna, Kiriya artinya melakukan, vatthu artinya dasar, hal, cara. Dasa Punnakiriyavatthu artinya sepuluh cara untuk melakukan perbuatan bajik atau baik. Bagi umat Buddha sangat dianjurkan untuk melaksanakan salah satu atau keseluruhan dari dasa punnakiriyavatthu tersebut. Sepuluh cara untuk melakukan perbuatan baik terdiri dari 1. DANA Dana berarti beramal/memberi/membantu/menolong makhluk lain tanpa mengharapkan balasan dari mereka yang telah menerima dana kita. Dana dapat diberikan dalam bentuk materi/barang dan non materi2. SILA 1 2 3 4 Lihat Filsafat Selengkapnya .