Berikuttanda-tanda guru itu disukai siswa. 1. Nyambung/connect dengan siswa Guru yang baik bisa cepat konek dengan siswa dan merasakan kebutuhan mereka sebagai individu. Kehidupan siswa itu tidak terbatas di sekolah. Ada aktivitas, perasaan, dan masalah yang kompleks yang mereka hadapi di luar sekolah.
Bapak dan Ibu Guru, dalam mengajar ada satu hal yang harus kita pahami bahwa setiap peserta didik memliki latar belakang yang berbeda dan cara belajarnya sendiri. Mereka memiliki karakter masing-masing yang terbentuk dari proses pembelajaran yang dilaluinya. Dengan begitu, sebaga guru haruslah mengetahui karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Selain itu, mengenal karakter-karakter peserta didik juga berkaitan dengan cara yang Bapak dan Ibu Guru ambil untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai. Supaya siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran, mari kita pahami bersama karakteristik peserta didik yang unik di artikel ini. Pengertian karakteristik peserta didik Apa itu karakteristik peserta didik? Karakteristik merupakan pengembangan dari kata karakter yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Demikian, maka pengertian karakteristik peserta didik adalah keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya. Karakteristik peserta didik pun merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perancangan pembelajaran. Karakteristik peserta didik menurut para ahli Pengertian di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri Budiningsih 2017 11. Karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel penting dalam desain pembelajaran, yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik, termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka, seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, ciri-ciri fisik, dan emosi yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pemahaman atas karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta didik, yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa para peserta didik itu dan sebagai informasi penting untuk pijakan dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran. Bagaimana cara memahami karakteristik peserta didik? Dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar 2011 yang ditulis oleh Sardiman, menyebutkan ada tiga macam karakteristik peserta didik yang harus diperhatikan, yaitu Karakteristik yang berkaitan dengan kemampuan awal peserta didik, contohnya kemampuan intelektual dan berpikir. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial para peserta didik. Karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan masing-masing kepribadian, seperti sikap, perasaan, dan minat. Lalu, bagaimana cara untuk memahami karakter tersebut? Caranya, Bapak dan Ibu Guru dapat menganalisis lima hal berikut. Karakteristik Umum Peserta DidikKarakteristik umum berkaitan dengan budaya, suku, agama, gender, dan latar belakang status sosial yang mempengaruhi sikap dan minat belajar peserta didik. Dengan memperhatikan karakteristik umum siswa, Bapak dan Ibu Guru bisa merancang dan mengimplementasikan pelajaran bermakna yang menjawab kebutuhan unik setiap peserta didik. Kemampuan Awal Khusus Peserta DidikKemampuan awal merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik. Untuk dapat mengetahuinya, Bapak dan Ibu Guru bisa melakukannya secara informal melalui pertanyaan di kelas, atau lebih formal dengan cara memberikan tes. Hasilnya lah yang akan menentukan, apakah peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mendapatkan atau mengetahui materi selanjutnya. Gaya Belajar Peserta DidikGaya belajar peserta didik mengacu pada ciri-ciri psikologis yang mempengaruhi bagaimana pandangan dan respon mereka pada berbagai stimulus pelajaran yang diberikan. Ciri psikologis yang dimaksud antara lain kekuatan dalam memberi persepsi, kebiasaan memproses informasi, motivasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya. Bakat Peserta DidikBakat peserta didik merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur oraknya. Meski begitu, keaktifan otaknya sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan begitu, bakat yang dimiliki peserta didik merupakan salah satu faktor untuk dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Retensi Peserta DidikRetensi, yaitu kemampuan peserta didik untuk mengingat materi yang telah dipelajari. Bapak dan Ibu Guru pun dapat melihat karakteristik peserta didik dari penguasaan atas materi pelajaran, dimana prosesnya tidak terlepas dari kegiatan mengingat kemampuan menggunakan daya ingat. Dengan menganalisis karakteristik umum, kemampuan awal khusus, gaya belajar, bakat, dan retensi peserta didik, akan membantu Bapak dan Ibu Guru dalam memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik apa saja yang perlu dimiliki peserta didik? Ada berbagai macam karakteristik yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Dalam Modul Belajar Mandiri untuk calon guru yang disediakan oleh Kemendikbud, karakteristik peserta didik meliputi Etnik, tentunya masing-masing peserta didik berasal dari etnis yang berbeda-beda. Kultural, peserta didik sebagai anggota suatu masyarakat tentunya juga memiliki budaya tertentu. Status sosial, peserta didik pada suatu kelas biasanya berasal dari status sosialekonomi yang berbeda-beda. Minat, peserta didik memiliki perasaan senang atau suka yang berbeda-beda terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya. Perkembangan kognitif, setiap peserta didik memiliki tingkat perkembangan kognitif yang berbeda, dan hal ini akan mempengaruhi guru dalam memilih serta menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis evaluasi dalam melakukan pembelajaran. Kemampuan awal peserta didik bersifat individual, artinya setiap peserta didik memiliki kemampuan awal yang berbeda, sehingga untuk mengetahuinya juga harus bersifat individual. Gaya belajar peserta didik yang visual, auditif, dan kinestetik. Motivasi, masing-masing peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari tiga hal 1 kualitas keterlibatannya, 2 perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik, 3 upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara/menjaga motivasi yang dimiliki. Perkembangan emosi, peserta didik dapat merasakan senang/gembira, aman, semangat, bahkan sebaliknya peserta didik merasakan sedih, takut, dan sejenisnya dalam pembelajaran. Perkembangan sosial, setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan sosial peserta didik pun dapat diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi bagian masyarakat di lingkungannya. Perkembangan moral para peserta didik dapat dilihat dari 3 tahapan, yaitu Tahap Preconventional 6-10 tahun yang meliputi aspek hukuman dan kepatuhan, atau peserta didik menilai baik dan buruk berdasarkan akibat perbuatan Tahap Conventional 10-17 tahun yang meliputi aspek good boy orientation orientasi perbuatan yang baik, yakni menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang lain Tahap Postconventional 17-28 tahun yang meliputi contractual legalistic orientation, yakni orientasi orang pada legalitas kontrak sosial. Perkembangan spiritual, masing-masing peserta didik memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif. Selain itu, peserta didik juga cenderung memandang sesuatu holistik, dan cenderung mencari jawaban-jawaban fundamental atas situasi-situasi hidupnya. Perkembangan motorik, peserta didik tentunya memiliki perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Bagaimana seharusnya guru menyikapi peserta didik dengan karakteristik yang berbeda-beda? Melalui buku KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK yang merupakan Kumpulan Opini Luaran PLP I FKIP Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung 2022, seorang guru dapat bersikap sebagai berikut dalam menyikapi peserta didik dengan karakteristik yang berbeda-beda. Selalu bersikap ramah pada peserta didik; Tidak menyalahkan peserta didik jika belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, apabila peserta didik tersebut memang benar-benar melakukan kesalahan, maka nasehatilah dengan lembut, agar ia tidak merasa disalahkan atau disudutkan dan mengetahui apa yang telah dilakukannya itu. Selalu menawarkan bantuan, karena pastinya setiap peserta didik perlu bantuan dari gurunya; Jadilah guru yang mampu menjadi orangtua pada saat di sekolah sekaligus teman bagi para peserta didik; Selalu memberikan perhatian pada peserta didik, karena bagi mereka perhatian itu menjadi hal yang sangat membahagiakan walau spele. Menerapkan 5S senyum, salam, sapa, sopan, dan santun di sekolah, tidak hanya menjadi tulisan dalam poster yang ditaruh di dinding saja. Jadi, bagaimana Bapak dan Ibu Guru? Apakah selama ini sudah mencoba untuk memahami karakteristik para peserta didik? Dalam proses memahami karakteristik peserta didik, Bapak dan Ibu Guru bisa bergabung bersama Quipper School Premium. Bapak dan Ibu Guru akan mendapatkan berbagai informasi terkait edukasi untuk Guru. Ayo, bergabung sekarang juga!
Secaraumum, guru yang baik dan populer di kalangan siswa memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: Mampu Menjelaskan Materi Sesuai perannya yaitu mengajar, guru yang baik harus mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik sehingga mudah dipahami oleh siswa. Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels Seorang guru tidak hanya memiliki kewajiban untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Guru harus menjalankan fungsi mendidik siswa supaya memiliki karakter yang baik serta memberi perhatian kepada mereka. Guru yang baik harus mampu memahami karakter atau sifat siswa secara individu ataupun kelompok dan juga mengerti apa yang mereka butuhkan. Sis-siswa di sekolah memiliki beragam karakter yang berbeda-beda sehingga Guru Pintar tidak boleh memperlakukan mereka dengan perlakuan yang sama atau bagaimana cara memberikan perhatian yang tepat pada mereka. Jika guru gagal mengenali karakter murid/siswa dan tidak memberikan perhatian seperti yang mereka butuhkan, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak pada mutu pembelajaran. Ada siswa yang akan termotivasi jika diberikan perhatian berupa pujian, tetapi ada juga yang tidak. Guru harus peka terhadap murid yang butuh perhatian dan bagaimana cara memberikan perhatian yang tepat. Jangan sampai apa yang Guru Pintar lakukan menimbulkan kesalahpahaman atau ketidakpuasan karena dianggap pilih kasih. Untuk itu, Guru Pintar harus tahu ciri ciri siswa membutuhkan perhatian dan tips menangani siswa yang membutuhkan perhatian. 7 Ciri-ciri Siswa yang Membutuhkan Perhatian Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels Cara agar guru bisa peka terhadap murid yang perlu adalah dengan mengetahui ciri-ciri siswa yang membutuhkan perhatian dan juga ciri ciri siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. dengan demikian guru dalam membantu kesulitan siswa dalam proses pembelajaran. Guru Pintar harus mengenal siswa dengan baik supaya dapat lebih peka terhadap siswa yang membutuhkan perhatian lebih dan pertolongan. Berikut ini adalah tanda siswa butuh perhatian dari guru 1. Mengalami kesulitan berkonsentrasi Saat proses kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, Guru Pintar dapat memperhatikan dengan seksama apakah siswa-siswa mendengarkan dan memperhatikan Penjelasan atau pelajaran yang sedang Guru Pintar sampaikan. Jika ada siswa yang memiliki tatapan kosong atau seperti memikirkan sesuatu, artinya mereka sedang tidak konsentrasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan siswa sulit berkonsentrasi. Misalnya cara mengajar Guru Pintar yang membosankan atau memang sedang menghadapi banyak masalah di sekolah maupun di rumah. Siswa yang menghadapi hal seperti ini tidak boleh dibiarkan. Guru Pintar harus segera memberikan penanganan sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa supaya mereka bisa belajar dengan baik kembali. 2. Mengalami penurunan nilai secara drastis Jika salah satu atau beberapa siswa yang tiba-tiba mengalami penurunan nilai secara drastis, maka hal tersebut merupakan alarm atau penanda bahwa siswa butuh perhatian. Begitupun jika ada siswa yang selalu mendapatkan nilai rendah. Guru Pintar harus peka dan memberikan perhatian lebih kepada siswa-siswa tersebut. Berikan personal approach yang membuat siswa nyaman dan mau membuka diri sehingga dapat mengungkapkan kesulitan yang dihadapi. Dengan demikian, Guru Pintar dapat memberikan treatment yang dibutuhkan oleh siswa dengan tepat. 3. Tidak Percaya Diri Di dalam kelas pasti Guru Pintar pernah menjumpai siswa yang cenderung pendiam, pasif dan tidak percaya diri. Hal ini kemungkinan adalah indikator bahwa ia kurang mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Anak yang seperti ini merasa insecure sehingga memilih menarik diri dari lingkungan sosialnya. Apa yang harus Guru Pintar lakukan sebagai guru? Buatlah mereka merasa bahwa mereka juga istimewa dan memiliki kelebihan. Tunjukkan apa saja hal yang dapat mereka asah sehingga dapat meraih prestasi yang cemerlang. Hal ini selain membuat mereka lebih percaya diri, siswa juga akan merasa aman berada di lingkungan sekitarnya dan menerima dirinya sendiri dengan baik. 4. Sering bolos sekolah Apa yang Guru Pintar lakukan jika ada siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan? memarahi mereka? menegur mereka di depan teman-temannya? Jangan melakukan hal tersebut pada siswa yang sering bolos ya Guru Pintar. Mengetahui penyebab dan latar belakang mengapa siswa sering bolos sekolah adalah hal penting yang harus dilakukan. Bagaimana caranya? berikan perhatian, tanyakan dengan baik-baik mengapa siswa tersebut sering bolos, kemudian tawarkan apa yang Guru Pintar bisa lakukan untuk membantu siswa tersebut. Jika memang memungkinkan, Guru Pintar juga melakukan home visit dan berkomunikasi dengan orang tua. Mengapa siswa yang terlalu sering bolos tidak bisa dibiarkan begitu saja? Tentu saja karena siswa akan terhambat proses belajarnya. Siswa akan ketinggalan materi-materi pelajaran dan pastinya akan mempengaruhi perkembangan belajarnya. 5. Terlihat selalu cemas dan ketakutan Beberapa siswa merasa tidak bisa pada pelajaran tertentu. Hal ini menyebabkan ada rasa cemas dan takut ketika akan menghadapi guru atau pelajaran tersebut. Sebagai guru yang baik, Guru Pintar harus berusaha membuat siswa tersebut merasa nyaman. Ubahlah strategi mengajar yang dapat mengakomodir gaya belajar semua siswa termasuk siswa yang membutuhkan perhatian tersebut. Tanamkan kepada mereka bahwa pelajaran yang mereka hadapi itu mudah. 6. Terlihat lesu Ada beberapa penyebab siswa terlihat lesu ketika belajar di kelas. Penyebabnya antara lain metode belajarnya yang membosankan, penjelasan materi yang sulit dimengerti, dan siswa merasa kurang diperhatikan. Jangan abaikan siswa yang seperti ini ya Guru Pintar. Dengan memberikan perhatian dan menanyakan kesulitan apa yang dimiliki, akan membuat siswa bersemangat belajar kembali. Menyindir, memarahi, atau melabeli siswa ini dengan sebutan malas adalah pantangan bagi seorang guru. Siswa ini membutuhkan perhatian dan pertolongan dari Guru Pintar supaya dapat belajar dengan optimal. 7. Sulit Beradaptasi Tidak semua siswa memiliki kemampuan beradaptasi yang sama. Ada yang cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, ada juga yang lambat beradaptasinya. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat menyebabkan siswa merasa tidak dapat belajar dengan baik. Segera tanyakan apa yang mereka rasakan dan butuhkan. Kemudian yakinkan siswa bahwa mereka diterima dengan baik. Dengan demikian mereka lebih mudah merasa aman dan kemudian dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Bagaimana Cara Memberikannya Perhatian Lebih Pada Siswa? Â Mengapa peserta didik memerlukan perhatian dalam belajar? Dan apakah hal ini tidak menyebabkan kecemburuan? Sebagai guru harus memberikan perhatian kepada siswa secara merata, dan tidak pilih kasih. Bagaimana agar guru tidak pilih kasih? Tentu saja dengan memberikan tindakan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Jangan terlalu berlebihan dalam memberikan perhatian supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Berikut ini adalah beberapa bentuk perhatian lebih kepada siswa, di antaranya yaitu 1. Kenali temperamen siswa Guru Pintar dapat mulai dari bagaimana siswa memahami materi pelajaran, mengerjakan tugas, berdiskusi dengan temannya dan lainnya. Cara yang mereka lakukan untuk menuntaskan tugasnya dan juga sikap saat berinteraksi dengan teman dan guru di kelas dipengaruhi oleh karakteristik siswa. 2. Amati siswa selama proses belajar Hal-hal yang siswa lakukan selama proses belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu jangan sampai guru lalai dan acuh terhadap keadaan siswa saat belajar. Jika perlu, Guru Pintar dapat menyediakan buku atau catatan khusus yang memuat hasil pengamatan terhadap siswa. 3. Lakukan komunikasi dua arah pada siswa Komunikasi dua arah dengan siswa akan memudahkan Guru Pintar mengetahui sudut pandang dan perasaan siswa serta apakah siswa telah memahami pelajaran dengan baik. Adapun untuk melakukan komunikasi dua arah yaitu Guru Pintar dapat bertanya mengenai pendapat siswa dalam hal apapun yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Demikianlah, Guru Pintar, beberapa ciri-ciri siswa yang membutuhkan perhatian. Semoga Guru Pintar dapat lebih baik dalam mengenali siswa-siswinya dan mengantarkan mereka untuk mencapai tujuan belajar dengan baik. Â 1 Selalu punya energi untuk siswanya Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama. 2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur, apabila memenuhi persyaratan tes yang baik. Setidak-tidaknya ada empat ciri yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang baik yaitu valid, reliabel, obyektif, dan praktis Anas Sudijono, 1996 93. Suharsimi Arikunto 2012 72 menyebutkan tes yang baik adalah tes yang memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. a. Validitas Tes hasil belajar yang baik adalah tes yang bersifat valid atau memiliki validitas. Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang semestinya diukur. Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes tersebut sebagai alat pengukur keberhasilan belajar siswa dengan tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. b. Reliabilitas Kata realibititas sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan. Apabila dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur keberhasilan belajar siswa, maka sebuah tes dapat dikatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap atau sifatnya ajeg dan stabil Annas Sudijono, 1996 95. c. Objektifitas Objektif dalam pengertian sehari-hari adalah tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Tes hasil belajar dikatakan objektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan menurut apa adanya. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya maka kalimat apa adanya megandung pengertian bahwa materi tes tersebut adalah bersumber dari materi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Ditilik dari segi pemberian skor, maka tes objektif adalah tes yang terhindar dari unsur-unsur subjektif unsur pribadi yang mempengaruhi. Misalnya tulisan yang lebih bagus mendapat skor yang lebih tinggi dari tulisan yang jelek meskipun memiliki jawaban yang sama. d. Praktikabilitas Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, dan mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi 32 dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain. e. Ekonomis Ekonomis yang dimaksud disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi tes bentuk uraian dan tes bentuk objektif. a. Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian Tes hasil belajar bentuk uraian essay test yang juga sering dikenal dengan istilah tes subjektif adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Menurut Anas Sudijono 2006 100 tes bentuk uraian adalah tes yang memiliki beberapa karakteristik yaitu; 1 tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang biasanya cukup panjang, 2 bentuk-bentuk pertanyaan atau perintahnya menuntut testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya, 3 jumlah butir soalnya tidak banyak hanya berkisar lima sampai dengan sepuluh butir, 4 pada umumnya butir-butir soal tes uraian diawali dengan kata-kata jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Tes hasil belajar bentuk uraian memiliki kebaikan-kebaikan antara lain 1 mudah disiapkan dan disusun, 2 tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan, 3 mendorong siswa berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus, 4 memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri, 5 dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. Adapun kekurangan dari tes uraian adalah; 1 kadar validitas dan reliabilitasnya rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang benar-benar telah dikuasai, 2 kurang representatif dalam mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja terbatas, 3 cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif, 4 pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai, 5 waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Bertitik tolak dari keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk uraian yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa petunjuk dalam penyusunannya yaitu 1 hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif, 2 hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan, 3 pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya, 4 hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara jelaskan, mengapa, bagaimana, seberapa jauh, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan, 6 hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba, 7 hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang 34 dikendaki oleh penyusun tes, untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik Suharsimi Arikunto, 2012 178-179. b. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif Tes objektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item atau dengan jalan menuliskan mengisiskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan Annas Sudijono, 1996 106-107. Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes objektif dibedakan menjadi beberapa macam yaitu tes objektif bentuk benar-salah, bentuk pilihan ganda, bentuk menjodohkan, bentuk isian, dan bentuk melengkapi. Masing-masing bentuk tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Tes objektif memiliki beberapa kebaikan diantara yaitu 1 mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun guru, 2 lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi, 3 pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain, 4 pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi Suharsimi Arikunto, 2012 180. Adapun kelemahannya adalah 1 persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti, 2 soal-soalnya cenderung untuk mengungkap ingatan dan pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi, 3 banyak kesempatan untuk main untung-untungan, 4 kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal lebih terbuka Suharsimi Arikunto, 2012 180. .
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/173
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/562
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/941
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/81
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/37
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/933
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/31
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/698
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/503
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/985
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/491
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/370
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/481
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/435
  • c4vb5pw8oe.pages.dev/479
  • ciri ciri siswa yang baik